Minimnya Hasil Temuan Keberadaan Harimau Sumatera

rimuuKemanakah Mereka Pergi?: Minimnya Hasil Temuan Keberadaan Harimau Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo pada 2013

WWF melakukan pemantauan intensif keberadaan harimau Sumatera selama enam bulan dari Juni hingga November 2013 di Taman Nasional Tesso Nilo dengan melibatkan secara aktif Balai Taman Nasional Tesso Nilo sebagai bagian dalam kolaborasi program riset dan pemantauan harimau Sumatera. Sangat disayangkan bahwa dalam periode ini, hasil survei hanya menemukan satu ekor individu harimau padahal survei sebelumnya tahun 2012 kami menemukan tujuh individu dengan perkiraan kepadatan 1,42 individu /100km2.

Proses monitoring satwa top predator ini melewati beberapa tahapan diantaranya survei mengenai kondisi lapangan menggunakan pendekatan garis transek dengan pedekatan metode patch occupancy. Hasil survei ini digunakan untuk mengetahui tingkat hunian harimau serta satwa mangsanya. Berdasarkan survai transek, kemudian dilakukan riset menggunakan pendekatan protokol Capture-Mark-Recapture (CMR), yaitu protokol yang digunakan untuk mengetahui perkiraan populasi dan kepadatan satwa liar dengan perhitungan berdasarkan individu dan intensitas terhitungnya. Metode ini guna mengetahui status harimau Sumatera, ketersediaan mangsanya, dan kondisi habitatnya. Perangkat utama yang digunakan adalah kamera jebak, yaitu peralatan optik berupa kamera yang mampu mendapatkan gambar secara otomatis dengan adanya sensor infra merah. Sampling yang dilakukan dengan menempatkan kamera jebak secara sistematis pada 25 grid dalam ukuran 2×2 km2 secara berpasangan pada tiap stasiun/titik pemasangan pada kawasan hutan yang tersisa yang disinyalir menjadi habitat terakhir harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. WWF – Indonesia, membagi kawasan sumatera bagian tengah kedalam grid 2×2 km2 guna mempermudah dalam proses monitoring keanekaragaman hayati termasuk monitoring harimau.

Hasil survei selama periode sampling dari bulan Agustus hingga November 2013 menunjukkan sedikit temuan harimau baik foto maupun video trap. Kami hanya menemukan satu individu saja berasal dari dua buah foto pada satu grid sampling pemasangan. Padahal pada survei sebelumnya tahun 2011 pada grid sampling yang sama pada pengambilan sampel setiap bulannya ditemukan banyak tanda keberadaan harimau berupa foto maupun video dari kamera jebak yang dipasang di lapangan. Selain mendeteksi keberadaan harimau menggunakan kamera jebak, kami juga melakukan pencatatan keberadaan harimau secara tidak langsung dari temuan seperti jejak, feses, cakaran, dsb. Namun pada periode survai kali ini, hasil temuan tersebut sangat jarang ditemukan, Jejak harimau hanya ditemukan pada dua titik lokasi.Begitu juga dengan hasil jepretan kamera jebak yang lain, sebagian besar didominasi aktivitas manusia. Aktivitas manusia didalam kawasan konservasi ini sangat tinggi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan keamanan kawasan dari tindak kegiatan ilegal seperti perambahan, pembalakan liar, peburuan satwa dan hasil hutan lainnya. Beberapa kawasan teridentifikasi telah dirambah. Pada periode ini, sebagian lahan didalam kawasan taman nasional telah dirambah dan dibakar untuk dialihfungsikan menjadi areal perkebunan. Bahkan satu kamera jebak turut terbakar pada saat terjadi pembukaan lahan di bagian inti taman nasional pada Agustus 2013 silam. Selain itu dua kamera jebak ditemukan hilang dari tempat pemasangannya.

Minimnya sampel foto maupun video trap harimau menunjukkan bahwa habitat mereka telah terganggu. Harimau sangat sensitive terhadap keberadaan manusia. Selain itu, tingkat gangguan akan menyebabkan mangsa juga berkurang karena berbagai faktor baik migrasi lokal maupun perburuan. Harimau cenderung beradaptasi dengan kondisi tersebut. Kawasan hutan yang relative lebih aman dari gangguan terutama pembakaran lahan diduga sebagai kawasan refuge bagi satwa berkulit loreng tersebut. Namun fenomena migrasi lokal satwa tersebut belum mampu terjawab mengingat banyak faktor lain. Perubahan kondisi habitat secara tiba-tiba di Tesso Nilo juga membuat harimau mengalami perubahan pola distribusi, buruknya harimau bersifat neofobi yaitu sangat sulit beradaptasi pada perubahan yang berlangsung dengan cepat. Hal ini seperti yang terjadi di Tesso Nilo. Individu-individu harimau cenderung susah terlacak keberadaannya. Apakah mereka masih sanggup bertahan atau sudah terbunuh? Belum ada yang tahu jawabannya.

Camera Trap Terbakar

Pemasangan kamera jebak di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo pada periode 2013 ini dimulai pada bulan Juli hingga November 2013. Sesuai dengan prosedur teknis pemasangan kamera jebak, tim selalu melakukan pengecekan setiap bulan. Saat melakukan pengecekan sampel pertama pada bulan Agustus 2013, salah satu kamera jebak yang terpasang ditemukan terbakar dan hanya menyisakan sedikit bagian di salah satu grid studi. Sedangkan kamera jebak pasangannya berhasil selamat karena adanya sekat bakar dengan pembersihan tumbuhan bawah pada sekitar kamera tersebut. Kamera pasangannya berhasil merekam sebanyak 206 foto; merupakan foto – foto yang merekam proses kebakaran lahan yang terjadi dari sebelum terbakar hingga seluruh api memenuhi areal didepan kamera teb. Berdasarkan hasil foto, api menjalar begitu cepat melalap belukar di sekitarnya. Lebih dari satu menit, kamera ini memotret api yang menjalar mendekati kamera pasangannya sebelum akhirnya api menjalar pada kawasan yang lebih luas.

Dari hasil foto-foto pada kamera tersebut, tragisnya sehari sebelum terjadi kebakaran lahan sempat didapatkan foto aktvitas tapir (Tapirus indicus) dan kemudian api mulai menjalar membakar tumbuhan bawah yang ada didepan kamera jebak tepat pada jalur lintasan satwa berwarna putih-hitam tersebut.Para perambah membuka lahan dengan cara membakar. Kejadian ini terjadi secara besar – besaran pada periode Juli – September 2013 mengingat musim kemarau yang melanda Riau.

Tim yang melakukan pengecekan sampel kamera jebak hanya bisa melihat perangkat mahal tersebut sudah menjadi puing keganasan api. Padahal, alat yang terbakar tersebut merupakan unit kamera jebak yang baru dibeli pada Mei 2013 silam. Selain kamera kami yang terbakar, juga ditemukan beberapa satwa yaitu kancil (Tragulus sp) dan jenis kura – kura darat terpanggang ganasnya api. (Febri Aggriawan Widodo)

About the Author
stripetosecure.or.id

Tinggalkan Komentar

*