Stripetosecure, Pekanbaru – Sudah 37 hari berlalu sejak Jumiati (33) menemui ajal di tangan Datuk belang, Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada Rabu, 3 Januari 2018 lalu. Korban yang merupakan salah satu karyawan PT. THIP (Tabung Haji Indo Plantation) Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir, tewas menggenaskan diterkam harimau.
Sejak hari itulah, tim Rescue gabungan Balai Besar KSDA Riau, Polres Inhil, WWF, PKHS, PT. THIP dan PT. Arara Abadi terus berupaya untuk meredam konflik antara satwa dilindungi dan manusia tersebut.
Tim Rescue dikerahkan bukan tanpa alasan. Harimau sumatra yang menerkam Jumiati, merupakan satwa kunci yang statusnya dilindungi oleh UU. No. 5 tahun 1990.
Mulyo Hutomo, selaku Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar KSDA Riau mengatakan bahwa proses penyelamatan harimau perlu kajian yang melibatkan para pihak. Pihak-pihak yang terlibat ini juga memiliki kepedulian akan keselamatan Harimau sumatera.
"Yang dilakukan tim pertama kali adalah meredam konflik agar masyarakat tidak melakukan balas dendam terhadap satwa." ujar Mulyo Hutomo pada press relase di Balai BKDSA Riau pada Minggu, 11 Febuari 2018.
Masyarakat yang merasa kehilangan akibat konflik harimau, rentan melakukan balas dendam kepada satwa. Di sekitar kawasan Boni Estate PT. THIP sendiri menjadi rumah bagi 48 kepala keluarga.
Dua Harimau Terdeteksi, Satu jadi Tersangka
Ada dua Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terdeteksi pasca konflik yang menewaskan Jumiati. Jumiati yang saat kejadian sedang melakukan rutinitas pekerjaannya di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Ebony State, diduga diterkam salah satu Harimau yang teridentifikasi tim Rescue pada awal febuari ini.
Dua Harimau sumatera yang telah diidentifikasi tersebut berjenis kelamin betina. Untuk memudahkan identifikasi, tim Rescue gabungan memberikan nama Boni dan Bonita.
Kemunculan Boni dan Bonita sendiri direkam oleh petugas tim Rescue gabungan. Dua harimau betina yang secara muncul terpisah ini masih berkeliaran di sekitar lokasi Ebony State.
Dalam video yang berdurasi singkat tersebut, menunjukkan salah satu harimau, Bonita, tidak merasa canggung saat berhadapan dengan manusia.
"Sebenarnya jika situasinya normal, dia (harimau) akan menghindari manusia. Ketemu kita (manusia), dia akan loncat dan pergi." kata bapak yang akrab disapa Hutomo ini. Melihat perilaku demikian, tim Rescue menjadikan Bonita sebagai tersangka atas kematian Jumiati.
Bonita, diduga dalam usia remaja sekitar 4-5 tahun lebih sering terlihat berjalan-jalan daripada Boni. Layaknya Harimau sumatera pada umumnya, kedua harimau ini membutuhkan daya jelajah yang luas. Namun perilaku alami satwa dilindungi ini biasanya lebih senang menghindari manusia.
"Kalau kita menghubungkan dengan tanggal 3 Januari, saksi mengatakan bahwa dia diikuti (oleh harimau) hampir satu kilo da di jalan raya. Dia masuk ke kebun itu baru diterkam. Perilaku ini cocok dengan Bonita." papar Hutomo lagi. (fdk)
####