Stripe to secure, Pekanbaru – Bonita namanya. Ia adalah seekor Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang telah diidentifikasi oleh tim Rescue Penyelamatan Harimau Sumatera pasca konflik 3 Januari 2018. Bonita ditetapkan menjadi tersangka pembunuh Jumiati, karyawan PT. THIP di Pelangiran, Indragiri Hilir.
Penetapan Bonita sebagai tersangka pembunuh Jumiati bukan tanpa sebab. Bonita sudah memunculkan dirinya beberapa kali di depan petugas Tim Rescue. Kemunculan Bonita juga disertai dengan indikasi tingkah laku yang telah mengalami perubahan (inhabituasi).
"Indikasi perubahan tingkah laku dari Harimau sumatera betina ini adalah dengan selalu mendekat kepada manusia dan aktifitas pemukiman, dll." kata Dian Indriati, Humas Balai Besar KSDA Riau, pada 12 Januari 2018.
Pengerahan Tim Rescue ke Desa Sampang, Pelangiran sudah memasuki 40 hari. Tim gabungan Rescue terdiri dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alama (BBKSDA) Riau, Polres Inhil, PT.THIP (Tabung Haji Indo Plantation), WWF, PKHS, dan PT. Arara Abadi.
Tingginya intensitas perjumpaan Harimau sumatera betina ini menjadi pembahasan utama dalam evaluasi Tim Rescue pada 6 Febuari 2018 lalu di Pekanbaru. Rapat dipimpin langsung oleh Direktur Konservasi Kenanekaragaman Hayati, Ditjen KSDAE dan Kepala Balai Besar KSDA Riau.
Rapat Tim Rescue
Hasil rapat kali itu menghasilkan arahan; pertama, untuk melakukan kajian yang lebih mendalam dengan melibatkan pihak yang memiliki kepedulian terhadap Harimau sumatera. Selain dari Balai Besar KSDA Riau, Kepolisian dan perusahaan THIP sendiri, lembaga pemerhati lingkungan seperti WWF dan PKHS juga berperan dalam upaya penyelamatan hewan langka ini.
Kedua, antisipatif dalam menghadapi perubahan perilaku Harimau sumatera dengan cara meningkatkan sosialisasi, menambah papan informasi di lokasi-lokasi dimana Harimau sumatera sering muncul.
Ketiga, penanganan satwa agar selalu mengedepankan kesejahteraan (animal welfare) dan mengacu pada PerMen Kehutanan No. P. 48/Menhut II/2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwa.
Keempat, pengusulan penambahan box trap yang terbuat dari kayu. Saat ini sudah ada 6 box trap yang telah dipasang di lokasi-lokasi tempat Harimau sumatera sering muncul. Namun, sampai saat ini perilaku Harimau sumatera yang terpantau tim Rescue, masih cenderung menghindari box trap yang terbuat dari besi tersebut.
Ke lima, tim Rescue harus memberikan perhatian utama kepada masyarakat yang berada disekitar lokasi konflik untuk menghindari konflik berulang.
Terakhir, dalam penanganan konflik Harimau sumatera dengan manusia, Balai Besar KSDA Riau adaptif terhadap berbagai masukan. (fdk).
####