Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling (SMBRBB) merupakan salah satu kekayaan alam Riau yang mulai tergerus jaman. Kawasan konservasi ini kini berkonversi menjadi perkebunan sawit, karet dan pemukiman warga.
SMBRBB terletak di dua wilayah yakni Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi. Total luas keseluruhan kawasan adalah 136.000 hektare. Rimbang Baling ditetapkan sebagai suaka margasatwa oleh gubernur Riau pada tahun 1982, dengan kekuatan hukum berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tk. I Riau. No. 149/V/1982.
Topografi wilayahnya terdiri dari perbukitan yang tingginya mencapai 927 meter sampai 1070 meter diatas permukaan laut, sedangkan tingkat kemiringan antara 25-100. Kawasan ini unik karena memiliki karakteristik tipe hutan hujan basah dataran rendah dengan keanekaragaman hayati tinggi dan menjadi habitat berbagai jenis satwa langka dan terancam punah.Kekayaan flora dan fauna membuat Hutan Bukit Rimbang Bukit Baling diakui sebagai kawasan prioritas jangka panjang konservasi harimau di dunia.
Sejak tahun 2005 hingga saat ini, WWF sudah menemukan lima jenis kucing hutan yakni harimau, macan dahan, kucing emas, kucing congkok dan kucing batu di kawasan itu. Selain itu juga ditemukan tapir, rusa, kukang, siamang, beruang madu sampai Harimau Sumatera mendiami daerah itu. Masih banyak lagi spesies lainya, misalnya 170 jenis burung dan 50 jenis mamalia.
Selain fauna, hidup juga ada tumbuhan langka seperti Rafflesia yang sudah beberapa kali ditemukan dikawasan ini. Seperti Bunga Rafflesia jenis Merah Putih (Rafflesia hasseltii) atau dikenal dengan nama lokal Cendawan Muka Rimau. Tim Tiger Protection Unit hingga saat ini sudah dua kali menemukan Rafflesia jenis tersebut, tepatnya pada Fabruari 2013 dan pertengahan 2014 lalu.
Tidak hanya flora dan fauna, Rimbang Baling juga kaya akan potensi wisata alam seperti Air Terjun Batu Dinding, Air Terjun Melancar atau Air Terjun Pangkalan Kapas. Di dalam kawasan Rimbang Baling juga terdapat sisa penggalan sejarah berupa rel kereta api yang dibuat pada zaman penjajahan Jepang. Sayang kondisinya tidak terawat dan tertutupi semak belukar.
Keseluruhan kekayaan alam di wilayah ini sebenarnya kini tengah berada dalam ancaman. Tangan-tangan tidak bertanggungjawab mulai menggerogoti kawasan. Kedepannya jika kawasan ini tidak dikelola secara bijak, maka SMBRBB akan bernasib sama dengan Teso Nilo. Ditengah eksplorasi diharapkan kepedulian semua pihak untuk dapat mengembalikan SMBRBB pada hakikat sebenarnya yakni sebagai kawasan berlindung bagi flora dan fauna. ***